Perdagangan rempah antara Punt dan Alexandria terjadi karena kedua kawasan ini secara kebetulan menjadi wilayah kekuasaan perempuan, Ratu Hatseput (Firaun wanita yang merupakan generasi kedelapanbelas dari raja-raja Mesir) di utara dan Ratu Sheba di selatan.
Pemasok utama rempah-rempah untuk Ratu Sheba tentu saja dari Timur. Relief kapal layar bercadik ganda di candi Borobudur pada abad ke-8 di Nusantara barangkali menjadi petunjuk terhadap perjalanan maritim paling kuna yang pernah ada.
Pada abad-abad awal Abad Pertengahan, sumber utama Eropa akan rempah-rempah adalah pedagang Bizantium. Siria sebagai pusat perdagangan rempah era Binzantium yang pernah didatangi Nabi Muhammad menjadi pelabuhan utama bagi kawasan Mediterania. Mereka mengontrol perdagangan rempah mulai Laut Hitam hingga Barcelona serta menembus hingga ke pedalaman terjauh seperti Paris, Orleans dan Lyon. Namun kebangkitan Islam akan mengakhiri dominasi Bizantium ini.
Pada abad-abad selanjutnya pasukan Nabi Muhammad meluap dari bagian luar Jazirah Arab dalam kurun waktu beberapa dekade menduduki seluruh rute kuna dan pasar-pasar di Afrika Utara dan Levant. Ekspansi maritim dan komersial Islam tidak kalah gemilangnya.
Dalam satu abad, pedagang Islam telah menancapkan eksistensi di rute perjalanan rempah darat maupun laut, dari Malabar di timur hingga Maroko di barat. Sebuah indikasi supremasi Arab yang tidak begitu penting namun sangatlah simbolik adalah penggunaan kayu kapal Yunani yang karam di Laut Merah untuk atap Ka’bah di Mekah.