Pada tanggal 25 Maret hingga 1 April 1950 diselenggarakan pertemuan antara Indonesia dan Belanda di Jakarta membahas kembali persoalan Papua. Namun perundingan gagal karena Belanda tetap mempertahankan Papua sebagai wilayahnya. Melihat Belanda yang terus ngeyel, Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1950 menandaskan : “…tanah air kita adalah dari Sabang sampai Merauke dan kita tidak akan berhenti berjuang apabila sebagian tanah air kita masih dijajah.”
Di era Kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, Kabinet Ali Sastroamidjojo, Indonesia terus berupaya menyelesaikan masalah Papua tetapi Belanda bersikeras mempertahankan Papua. Menlu Belanda, A.H. Luns tetap bersikap keras bahwa masalah Papua menunggu rakyat Papua siap menyatakan diri sebagai negara merdeka. Ini hanya taktik Belanda saja, karena kapan Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada orang Papua pun tidak jelas.
Kehebatan Soekarno
Perundingan Indonesia-Belanda yang terus deadlock, sehingga Indonesia mengajukan masalah Papua ke Majelis Umum PBB tapi akhirnya gagal juga. Soekarno tidak mati akal. Dia menggelar Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada April 1955 dimana salah satu Resolusinya, negara-negara Asia-Afrika mendukung upaya Indonesia menyelesaikan masalah Papua. Namun ketidakpastian di level Uni Indonesia-Belanda maupun di level PBB membuat Presiden Soekarno membentuk Provinsi Papua Perjuangan.