“Presiden mengatakan kepada saya, ‘situasinya sangat kacau, sangat kritis. Penting untuk mempersiapkan sesuatu untuk meningkatkan popularitas saya,” ungkapnya.
Zúñiga berkata dia bertanya kepada Arce apakah dia harus mengeluarkan kendaraan lapis baja? Arce mengiyakan.
Menteri Kehakiman Ivan Lima membantah klaim Zúñiga tersebut, dengan mengatakan bahwa sang jenderal berbohong dan mencoba membenarkan tindakannya sendiri sehingga ia akan diadili.
Ivan Lima menyatakan, jaksa akan menuntut hukuman maksimal 15 hingga 20 tahun penjara bagi Zúñiga, karena telah menyerang demokrasi dan Konstitusi.
Aksi kudeta pada hari Rabu terjadi setelah berbulan-bulan ketegangan, dengan kesulitan ekonomi dan protes yang semakin kuat di Bolivia. Dua pemimpin politik negara itu, Arce dan mantan Presiden Bolivia dari sayap kiri Evo Morales tengah bertarung untuk menguasai partai yang berkuasa.
Namun, upaya nyata untuk menggulingkan presiden yang menjabat tampaknya tidak mendapat dukungan yang berarti, dan bahkan saingan Arce bersatu untuk membela demokrasi dan menolak pemberontakan.
Pemandangan ini mengejutkan warga Bolivia, yang tidak asing dengan kerusuhan politik. Pada tahun 2019 Morales digulingkan sebagai presiden setelah krisis politik sebelumnya.