SEDANGKAN SAUH YANG LEPAS DI MALAM-MALAM YANG DINGIN
Suatu hari nanti orang-orang akan lebih banyak berdatangan, tertawa dalam matamu, berfoto-foto di matamu, bermandi sambil berenang dalam matamu. Kau tak tahu senyummu hari ini esok berganti apa, ketika lae-lae yang kau ceburkan ke dalam telaga, hanya suara air yang kau dengar berkecipak di dalam perahu.
Kau memang menginginkan sebuah peradaban, lampu-lampu yang berwarna, orang-orang yang datang dari berbagai ragam, tapi melihat ke pintu depan kau juga cemas, sebab dapur yang asapnya mengepul setiap hari, rumah yang kau bangun, anak-anak yang berpamitan setiap pagi, asalnya dari tubuh yang silau yang berhari-hari basah dan menyala di laut.
Jika anak-anak udang itu pergi dan tak kembali, kau tak tahu dengan cara apa menggantikan siang yang bahagia itu, sedangkan sauh yang kau lepas di malam-malam yang dingin, kadang hanya sedih dan lelah yang kau bawa pulang.
2021.
=======
AKU BARU INGAT KETIKA BEBERAPA BAGIAN TUBUHKU TAK BISA KEMBALI
Suatu hari yang entah kapan, kau menjadi batu dan aku menjadi buta.
Aku panjat tubuhmu yang licin dan berlumut. Tanganku memang menggapai pundakmu, tapi kakiku tak pernah bisa menggapai kepalamu.
Ada sesuatu yang menahan, semacam tangan, tapi bukan tangan, semacam tali, tapi bukan tali.
Semakin kupanjat aku semakin tergelincir, aku seperti memanjat sebuah tebing, sebuah jeram.