Disini hendak diusung postulat bahwa pembangunan perkotaan bersenyawa dengan pengembangan kawasan perumahan yang layak, terjangkau, untuk semua.
Perumahan bukan hanya fisik bangunan rumah tanpa akses dan lingkungan sehat. Walau de facto, perumahan itu bagai mosaik utama pembentuk kota.
Koq mosaik? Jika merujuk instropeksi skala benggala dari Tjuk Kuswartojo, hak itu karena kawasan perumahan acap berkembang acak tanpa pola dan bimbingan perencana kota yang otentik, maka hamparan perumahan tumbuh beragam bak kepingan mosaik-irreguler.
Walaupun begitu, sudah tepat garis kebijakan pembangunan kawasan perumahan dalam konteks transformasi pengembangan kota yang berkelanjutan.
Oleh kerananya, menghidup-hidupkan kembali kota-kota yang menua-renta pun irreguler bak kepingan mosaik, memerlukan upaya sungguh-sungguh pemimpin negara bahkan menjadi directive Presiden. Itu jurus ampuh menjadi bangsa yang menang banyak dengan kota-kota yang banyak, layak, tumbuh merata dan berkelanjutan. “Bersatu padu untuk guna menyelematkan bumi yang hanya satu, yang didominasi oleh habitat manusia”, lugas Pak Tjuk (Kaca Benggala, 2019). Seakan akur dengan peringatan Tuan Ban Ki-Moon, Sekjen PBB (2007-2016), bahwa: ‘Our struggle for global sustainability will be won or lost in cities’.