Al-Quds: Antara Salahuddin, Mazhab dan Zionis

oleh -30 views
Fazwan Wasahua

Oleh: M. Fazwan Wasahua, Sekretaris Jenderal DPP KPN

Di sebuah masjid kecil di Damaskus, seorang khatib pernah berseru dengan lantang, “Persatuan umat lebih utama daripada perbedaan mazhab.” Jamaah mengangguk, mengucap amin, lalu pulang—dan di ruang makan mereka, berita tentang Iran tetap dianggap berita dari negeri kafir. Kita memeluk ukhuwah dengan lisan, namun menolak tangan yang menjulur karena ia berasal dari mazhab yang salah.

Iran, dalam pandangan sebagian besar umat Islam, bukanlah saudara. Ia syiah. Ia sesat. Ia bukan dari barisan yang sama. Padahal, ia berkata: mari bersama melawan zionisme. Tapi kita mengangkat bahu. Kita menganggap itu akal-akalan politik. Kita lebih percaya bahwa permusuhan mazhab lebih nyata dari kejahatan penjajahan.

Baca Juga  Hujan Deras Lumpuhkan Seram Bagian Barat, 7 Jembatan Putus

Maka aneh, ketika Iran bersuara untuk Palestina, kita mencibir. Ketika rudal-rudal Hizbullah diluncurkan, kita justru berseru: “Itu rekayasa. Jangan terjebak!” Lalu siapa yang kita bela sebenarnya? Mazhab, atau yang tertindas? Siapa yang kita percayai: mereka yang melawan, atau mereka yang membiarkan?

Negara-negara Arab ramai menyatakan diri sunni. Mereka menyebut diri benteng Islam sejati. Tapi dalam peta politik dunia, mereka lebih banyak diam terhadap Israel, dan lebih bising menyoal Iran. Mereka menandatangani perjanjian ekonomi dengan Tel Aviv, mendekap erat tangan-tangan penjajah, tapi tetap keras terhadap Teheran. Bahkan, mereka menggelar karpet merah bagi para penjajah untuk lalu-lalang menghadang dan atau memata-matai Iran.

No More Posts Available.

No more pages to load.